Selasa, 12 Maret 2013

MEMIMPIKAN NEGERI YANG SEJAHTERA

Bismillahirrahmanirahiim

Sedulurku tercinta, bila rakyat memang sudah tidak suka kepada keberadaan "partai" karena terbukti selalu melahirkan "pemimpin" yang menyengsarakan rakyat, maka masih ada "celah" dan tidak perlu membuat negara Indonesia itu "geger", yakni melalui jalur "independent". Tidak usah demo, tidak usah "ribut-ribut" di jalan [meminjam istilah Gus Dur:gitu aja kok repot], biarlah rakyat bekerja seperti biasanya untuk makan keluarga mereka, jalan jangan dibikin macet. Cukup dengan komitmen diri masing-masing dengan melalui jalur "independent" ini: persoalannnya tinggal siapa yang kita pilih. Tinggalkan partai sekarang juga, semua diarahkan pada "obyektifitas" calon dari jalur "independent". Dukungan pertama jelas: Gusti Allah iku ora sare. Kemudian Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw. Lalu para KekasihNya, terutama rakyat yang hancur lebur hatinya. Jangan ada politik uang, itu harus menjadi komitmen rakyat itu sendiri: siapapun pimpinan yang jadi bukan masalah. Bismillah. Allahumma shalli 'Ala sayyidina Muhammad. Merdeka atau mati bangsa ini.

Saya tidak akan demo kemana-mana, karena politik ini soal "kecil" asal rakyat menjadi dewasa: dengan cara menolak menjadi korban kepentingan. Saya tidak anti partai karena secara undang-undang itu "sah", namun orang juga tidak perlu "geger" kalau "pola independent" ini menjadi "strategi rakyat" secara "sah". Rakyat tidak usah takut intimidasi karena itu berkaitan dengan "hati nurani" sendiri, sekarang pilihlah melalui jalur "independent" ini: siapa orangnya? Saya berharap: pemerintah, ABRI, POLISI menjamin "permainan cantik" itu. Pola ini saya jadikan sebagai "pendidikan politik rakyat" tanpa uang. Alihkan uang rakyat untuk membangun jalan-jalan di kampung agar perekonomian menjadi lancar. Kalau bisa "larang" itu demo di jalan karena hanya bikin kemacetan, sementara rakyat tak ada "jaminan" yang menangggung kebutuhan rumah tangganya.

Saya tidak minta dukungan siapapun kecuali Allah dan Rasulullah saw, serta para Kekasih Allah. Jangan bicara uang di sini, saya hanya butuh orang yang "berani" mengatasi Indonesia melaui "sistem" yang ada. Makanya Orasi di sini, tidak di jalan-jalan, saya pasang "pamlet" yang intinya mengajak setiap warga menjadi "cerdas" untuk tidak "tertipu" dengan "uang recehan" dalam percaturan politik di Indonesia. Sudah sejak dulu, pemerintah tak memperhatikan rakyat kecil, sudah sejak dulu partai membikin kecelek rakyat, sudah sejak dulu "pegawai-pegawai" bukan "melayani" rakyat namun malah seperti "penjajah" rakyat: mereka sombong di depan rakyat. Buktinya surat-menyurat banyak yang pakai uang, polisi berkeliaran minta uang di jalan keadan rakyat. Keamanan mustinya membikin "aman" dengan cara tegas: tangkap saja penjahat kampungan atau gedongan itu. Aparat jangan membela kepentingan golongan apalagi membela karna uang, sebelum kau semua diadili oleh rakyat pada suatu ketika.

Pertama-tama,saya berharap Kyai-kyai dan para "rohaniawan agama" mempelopori hal ini, jangan justru menjadi korban dari "ketidakcerdasan" pihak lain. Demo cukup dengan "wiridan" di Pesantren, lalu siapa pemimpin yang dituju. Tak usah demo sekarang ini karena alat telekomunikasi sudah sedemikian membantu. Allah harus menjadi mahkota di hati, Rasulullah saw harus menjadi penjaga gawang di hati, rakyat yang "menderita" harus di temani. Bila semua lini telah sedemikian "gagal" menjadikan bangsa ini bermartabat, lalu mengapa tidak cari cara lain yang "terhormat"? Allahmu dimana, Rasulullahmu dimana, jiwa kepahlawananmu dimana? Politik itu tidak kotor sebagaimana ciptaan yang lain, yang kotor adalah "cara" yang tidak beres, Maha Suci Allah. Kalau Gandi bisa mengubah India lebih bermartabat, kalau Chaves bisa membikin senyum rakyat kecilnya: kenapa tidak untuk Indonesia?

Kawan-kawan,aku pasang pamlet-pamlet di Wall ini sebagai pendidikan bahwa kita tak usah demo di jalan-jalan: undang itu wartawan, undang itu para pakar kalau hanya ingin diberitakan. NEK WANI OJO WEDI-WEDI, NEK WEDI OJO WANI-WANI. SOPO SALAH KUDU SELEH. BECIK KETITIK OLO KETORO. SOPO DUMEH BAKAL KAWELEH. OJO KAKEHAN COCOT MUNDAK DADI CACAT. SALAHNO AWAKMU DEWE, OJO NYALAHNI LIYAN. PAH-POH LAN NGAH-NGOH IKU LUWIH APIK ANGGER NYAH-NYOH. PEJABAT KUDU MANUT RAKYAT. RAKYAT SEPAKAT, APARAT ORA KUAT GLAWAT. DEMO KARO GUSTI ALLAH SING GEGEM JAGAT. WOLO-WOLO KUATO. SEMILAH, SEMELEH. NGALLAH LUHUR WEKASANE...Allahu Akbar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar