Bismillahirrahmanirahiim
Sedulurku
tercinta, bila rakyat memang sudah tidak suka kepada keberadaan "partai"
karena terbukti selalu melahirkan "pemimpin" yang menyengsarakan
rakyat, maka masih ada "celah" dan tidak perlu membuat negara Indonesia
itu "geger", yakni melalui jalur "independent". Tidak usah demo, tidak
usah "ribut-ribut" di jalan [meminjam istilah Gus Dur:gitu aja kok
repot], biarlah rakyat bekerja seperti
biasanya untuk makan keluarga mereka, jalan jangan dibikin macet. Cukup
dengan komitmen diri masing-masing dengan melalui jalur "independent"
ini: persoalannnya tinggal siapa yang kita pilih. Tinggalkan partai
sekarang juga, semua diarahkan pada "obyektifitas" calon dari jalur
"independent". Dukungan pertama jelas: Gusti Allah iku ora sare.
Kemudian Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw. Lalu para KekasihNya, terutama
rakyat yang hancur lebur hatinya. Jangan ada politik uang, itu harus
menjadi komitmen rakyat itu sendiri: siapapun pimpinan yang jadi bukan
masalah. Bismillah. Allahumma shalli 'Ala sayyidina Muhammad. Merdeka
atau mati bangsa ini.
Saya tidak akan demo kemana-mana, karena
politik ini soal "kecil" asal rakyat menjadi dewasa: dengan cara menolak
menjadi korban kepentingan. Saya tidak anti partai karena secara
undang-undang itu "sah", namun orang juga tidak perlu "geger" kalau
"pola independent" ini menjadi "strategi rakyat" secara "sah". Rakyat
tidak usah takut intimidasi karena itu berkaitan dengan "hati nurani"
sendiri, sekarang pilihlah melalui jalur "independent" ini: siapa
orangnya? Saya berharap: pemerintah, ABRI, POLISI menjamin "permainan
cantik" itu. Pola ini saya jadikan sebagai "pendidikan politik rakyat"
tanpa uang. Alihkan uang rakyat untuk membangun jalan-jalan di kampung
agar perekonomian menjadi lancar. Kalau bisa "larang" itu demo di jalan
karena hanya bikin kemacetan, sementara rakyat tak ada "jaminan" yang
menangggung kebutuhan rumah tangganya.
Saya tidak minta
dukungan siapapun kecuali Allah dan Rasulullah saw, serta para Kekasih
Allah. Jangan bicara uang di sini, saya hanya butuh orang yang "berani"
mengatasi Indonesia melaui "sistem" yang ada. Makanya Orasi di sini,
tidak di jalan-jalan, saya pasang "pamlet" yang intinya mengajak setiap
warga menjadi "cerdas" untuk tidak "tertipu" dengan "uang recehan" dalam
percaturan politik di Indonesia. Sudah sejak dulu, pemerintah tak
memperhatikan rakyat kecil, sudah sejak dulu partai membikin kecelek
rakyat, sudah sejak dulu "pegawai-pegawai" bukan "melayani" rakyat namun
malah seperti "penjajah" rakyat: mereka sombong di depan rakyat.
Buktinya surat-menyurat banyak yang pakai uang, polisi berkeliaran minta
uang di jalan keadan rakyat. Keamanan mustinya membikin "aman" dengan
cara tegas: tangkap saja penjahat kampungan atau gedongan itu. Aparat
jangan membela kepentingan golongan apalagi membela karna uang, sebelum
kau semua diadili oleh rakyat pada suatu ketika.
Pertama-tama,saya berharap Kyai-kyai dan para "rohaniawan agama"
mempelopori hal ini, jangan justru menjadi korban dari "ketidakcerdasan"
pihak lain. Demo cukup dengan "wiridan" di Pesantren, lalu siapa
pemimpin yang dituju. Tak usah demo sekarang ini karena alat
telekomunikasi sudah sedemikian membantu. Allah harus menjadi mahkota di
hati, Rasulullah saw harus menjadi penjaga gawang di hati, rakyat yang
"menderita" harus di temani. Bila semua lini telah sedemikian "gagal"
menjadikan bangsa ini bermartabat, lalu mengapa tidak cari cara lain
yang "terhormat"? Allahmu dimana, Rasulullahmu dimana, jiwa
kepahlawananmu dimana? Politik itu tidak kotor sebagaimana ciptaan yang
lain, yang kotor adalah "cara" yang tidak beres, Maha Suci Allah. Kalau
Gandi bisa mengubah India lebih bermartabat, kalau Chaves bisa membikin
senyum rakyat kecilnya: kenapa tidak untuk Indonesia?
Kawan-kawan,aku pasang pamlet-pamlet di Wall ini sebagai pendidikan
bahwa kita tak usah demo di jalan-jalan: undang itu wartawan, undang itu
para pakar kalau hanya ingin diberitakan. NEK WANI OJO WEDI-WEDI, NEK
WEDI OJO WANI-WANI. SOPO SALAH KUDU SELEH. BECIK KETITIK OLO KETORO.
SOPO DUMEH BAKAL KAWELEH. OJO KAKEHAN COCOT MUNDAK DADI CACAT. SALAHNO
AWAKMU DEWE, OJO NYALAHNI LIYAN. PAH-POH LAN NGAH-NGOH IKU LUWIH APIK
ANGGER NYAH-NYOH. PEJABAT KUDU MANUT RAKYAT. RAKYAT SEPAKAT, APARAT ORA
KUAT GLAWAT. DEMO KARO GUSTI ALLAH SING GEGEM JAGAT. WOLO-WOLO KUATO.
SEMILAH, SEMELEH. NGALLAH LUHUR WEKASANE...Allahu Akbar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar